RADAR BUTE Kini Radar Bungo Tebo
Demi memberikan pelayanan yang maksimal kepada seluruh pembaca budiman, Harian pagi RADAR BUTE dalam penyebutan nama media yang lebih spesipik diera otonomi daerah saat ini. Kami dari manajemen yang tergabung dalam jaringan koran terbesar di Indonesia, Jawa Pos Group terus melakukan inovasi, kreasi serta selalu memunculkan ide ide baru.
Mulai hari ini, Jumat 14 Januari 2011 Harian Pagi RADAR BUTE melakukan inovasi itu dengan memunculkan semangat yang dimanifestasikan lewat sebuah slogan “Selalu Ada Yang Baru” sehingga pembaca yang budiman selama ini hanya mengenal kependekan Harian pagi RARA BUTE untuk seterusnya akan lebih mengenal Harian Pagi Radar Bungotebo.
Semangat baru ini, bukan pada perubahan identitas yang telah sandang sejak 20 November 2006 lalu. Kami lebih suka menyebutnya memperjelas nama. Bukankan kita tahu, Bute merupakan kesingkatan dari Bungotebo (Bute).
Kebijakan yang kami ambil, bukanlah tergesa-gesa dan asal berubah. Tetapi penuh pertimbangan dan kajian-kajian khusus dalam waktu yang tak singkat. Ada ribuan pembaca setia kami yang menyampaikan kritikan, saran, pendapat baik itu secara tertulis maupun lisan. Mereka semua menginginkan mengusung semangat baru dalam penyebutan nama, terlebih era otonomi daerah.
Radar Bungotebo. Sebutan baru tapi lama ini, akan menjadi nama yang akan lebih dekat dengan pembaca budiman dan menyatu dengan dua kabupaten berpenduduk hampir 600 ribu jiwa.
Memang itu benar adanya. Sedikit kita menoleh kebelakang, Bungo sebagai salah satu kabupaten dalam Provinsi Jambi, semula merupakan bagian dari Kabupaten Merangin. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948, Bungo merupakan salah satu kabupaten dari kerisidenan Jambi yang tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah.
Setelah itu, Kabupaten Merangin yang semula ibukotanya berkedudukan di Bangko, dipindahkan ke Muarabungo. Pemindahan ini didasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956. Pada 1958, DPRD peralihan dan DPRDGR mengusulkan ke pemerintah pusat agar kewedanaan Muarabungo dan Tebo menjadi Kabupaten Muarabungo Tebo dengan ibukota Muarabungo. Tuntutan itu dikabulkan dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 Tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Muarabungo Tebo dengan kedudukan di Muarabungo.
19 Oktober 1965, M Saidi dilantik menjadi Bupati Muarabungo Tebo. Pada tanggal itu kemudian dinyatakan sebagai Hari Jadi Kabupaten Muarabungo Tebo. Untuk memudahkan sebutan, DPRGR memutuskan Daerah Tingkat II Muarabungo Tebo menjadi Kabupaten Bungo Tebo dengan singkatan (BUTE). Seiring dengan pesatnya perkembangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999, wilayah administrasi Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo.
Pembaca kaula muda kami, selama ini banyak yang bertanya apa itu arti BUTE. Bagi kalangan dewasa, tak menjadi persoalan. Mereka mengalami dan merasakan zaman itu. Pastinya. Nama Bungotebo, lebih dekat. Bungotebo, lebih menyatu dengan hati pembaca setia kami. Bungotebo lebih populer. Bungotebo, is the best.
Pembaca yang budiman, tiada hari tanpa inovasi. Selalu Ada yang Baru itulah motto kami dalam mengusung semangat baru . Suatu komitmen yang terus kami jaga. Komitmen itu telah menjadi busur yang melesatkan kami bagai anak panah sang waktu. Tahun demi tahun terlewat tanpa terasa. Meski masih bocah, di usia 4 tahun, telah menjadi koran yang dibaca semua usia. Ya, Radar Bungotebo adalah koran untuk semua. Dari yang belia hingga yang tua. Kenyataan itulah yang memaksa kami untuk lebih peduli. Perubahan nama kali ini adalah wujud kepedulian itu.
Kami selalu berbenah, berinovasi dan berusaha memberikan dan menyuguhkan yang terbaik untuk pembaca. Melalui perubahan ini, kami sangat mengharapkan kritikan, masukan dan saran dari para pembaca setia. Amin. (redaksi)